Bayi Anda belum bisa bicara? Ya, jangan jadikan itu alasan untuk tidak mengajaknya berbicara. Mengajak bayi bicara, menurut Erik Thiessen PhD, peneliti dari Carniege mellon University bisa mengasah kemampuan berbicara anak.
Mendengar bayi yang menggumam kadang membuat hati senang, kadang pula kesal. Tetapi, gumaman bayi itu ternyata adalah ekspresinya saat ia mendengatr suara dan artikulasi bahasa. mengajak bayi berbicara, menurut Thiessen membantu si bayi untuk mempelajari bunyi, suara dan ritme kalimat.
Ketika 40 bayi berusia antara 6,5 - 7,5 bulan dites, peneliti dari Carnegie itu menemukan bahwa bayi-bayi lebih mendengar suara saat orang tua atau orang disekitarnya berbicara apa saja dengan nada tinggi. Perhatian penuh itu tidak terjadi saat orang di sekitar si bayi berbicara dengan nada monoton.
"Ada perbedaan kecil yang ditemukan saat bayi mempelajari bahasa itu. Tetapi yang pasti, semakin dini bayi diajak berbicara, semakin cepat ia bisa berbicara. jadi, perbedaan kecil itu akan berakibat besar di masa depan si anak," jelas Thiessen, seperti dikutip www.msn.com. "Kami menemukan bahwa bayi usia satu tahun yang sejak lahir diajak ngobrol oleh orang-orang disekitarny memiliki kemampuan berbicara yang jauh lebih baik dibanding bayi yang tidak diajak berbicara saat kecilnya," lanjut Thiessen.
Berbicara, apa saja, sangat penting untuk perkembangan anak. Ann Michael PhD, Direktur Klini audiologi dan Bicara di University of Tennessee memberikan beberapa tip untuk orangtua agar bayinya cepat berbicara:
1. Melakukan kontak mata saat berbicara. Kontak mata dilakukan setiap saat. Misalnya, saat Anda mengajaknya berbicara ketika ia digendong, angkat si bayi hingga matanya sejajar dengan mata Anda.
2. Lakukan percakapan timbal balik. ketika bayi Anda berhenti bergumam dan Anda memberi jawaban, ia akan belajar bagaimana caranya melakukan percakapan yang baik. Ia akan mengerti bagaimana "peraturan" ngobrol yang baik.
3. Membaca buku yang banyak rima dan pengulangannya membantu bayi belajar bicara lebih banyak. Suatu kali, Anda akan terkejut bila si bayi bisa menjawab rima yang Anda bacakan.
4. Menanggapi bahasa tubuh bayi. Saat bayi Anda menunjuk sesuatu, jawablah dengan kata-kata. Misalnya, ketika ia menunjuk bola, katakan, "Oh, sayang, kau mau bola ini." Percakapan ini akan melatihnya menguasai lingkungan. (sra)
Dikutip dari Wartakota, Minggu 13 Januari 2008.
by Kay Green,
www.MyPreciousKid.comI have always had an interest in sign language since knowing my deaf aunt and uncle as a little girl. I myself know a little sign for worship at church. I read about the new idea of teaching sign to hearing babies and immediately knew I would like to do that with Haley. My adopted daughter will be 1 year old on Tuesday.
I admit I did not teach sign to my 3 teenagers when they were babies. However with baby number 4 in my home and with me at age 40, there are a lot of things I do differently this time around.
Sign language for babies uses a different part of the brain than speech. Studies have shown that these babies who learn sign are less frustrated because they can express their wants and needs. It also says that these babies are actually ahead, not delayed, in speech development. Babies are able to do many signs before they can speak the words.
Our babies all do some signs without us even thinking about it. They wave Hi and bye-bye. They point to things they want. They make animal signs or sounds. Haley loves to do fish lips and blows kisses, nod yes and no. When your baby starts learning to wave it is a perfect time to begin teaching other signs.
When Haley was about 8-9 months old and could wave I started showing a few signs consistently. Milk, more, kitty, all done. I remember well the day Haley got the sign for MORE (fingers tips together in front of your chest). She has always been very verbal and clear about what she wants. That usually meant yelling at you. I was working on the computer. I had a bag of baby cookies. She would have one, then come back and scream indicating she wanted another and I gave it to her. After 5 or 6 times I thought "Wow, I am teaching her to scream for what she wants." The next time she came I said "MORE?" and did the sign with my fingers. I repeated that for several times. Then the next time I did it with her fingers and said the word. We did that a couple times. Then she came up and did the sign the next time, without screaming. YEAH! Success! That was way too easy. I realize how quickly she got it and started showing her other signs.
Posted on 7:30 PM
Label:
bahasa
Kebanggaan terbesar seorang bunda adalah ketika ia yakin akan kepintaran dan kecerdasan anak-anaknya. Sering kita dengar ibu yang bangga bercerita kepada teman-temannya tentang, “Aku seneng banget, deh. Hari ini Rafi udah bisa bilang Mama sama aku,” atau “Farrel udah mulai ngoceh lho tadi malem. Cerewet sekali dia.”
Sebaliknya, seorang bunda juga akan sedih dan cemas ketika ia mendengarkan pengalaman buah hati teman-temannya, dan terkejut karena anaknya sendiri belum bisa melakukan apa yang sepertinya sudah biasa dilakukan seorang bayi berusia tertentu. Tentu saja, ia akan khawatir dan berpikir, apa ada yang salah pada bayiku? Misalnya, bila ia melihat bahwa anaknya belum mampu berbicara, maka ia akan bertanya-tanya, apa bayiku terlambat bicara, ya? Umur berapa sih sebenarnya bayi sudah bisa berkomunikasi?
Pertanyaan tentang umur berapa bayi dibilang terlambat bicara, jawabnya bukan sesuatu yang bisa dibahas begitu. Menurut dr. I G. Ayu Partiwi Surjadi, SpA, MARS, bicara merupakan suatu tahap perkembangan yang sebenarnya telah dimulai sejak masa bayi. “Tapi nggak bisa dibilang bila bayi usia 12 bulan dibilang telat karena belum bisa bicara, atau semacamnya, karena setiap bayi ada perkembangannya sendiri-sendiri. Sekarang ini, para ahli tidak menetapkan kemampuan bicara lewat umur yang pasti, namun bisa dilihat dari perkembangannya.”
Dr. Tiwi setuju bahwa tahap bicara mesti diperhatikan sedini mungkin, karena dapat dijadikan parameter ada atau tidaknya gangguan perkembangan pada seorang anak. Kendati demikian, tahap-tahap perkembangan lain seperti motor kasar-halus, sosialisasi/interaksi juga mempunyai peranan penting dalam menentukan optimal atau tidaknya perkembangan anak.
Posted on 7:28 PM
Label:
bahasa
Kecemasan para ibu tentang kemampuan berbahasa atau berkomunikasi buah hatinya memang beralasan. Maka itu, tidak heran kalau selama bulan-bulan pertama, banyak bunda yng bertanya-tanya dalam hatinya, seberapa banyak sih komunikasi atau ucapan Anda yang bisa ditangkap bayi? Betulkah bayi mendengarkan bila diajak bicara ibunya?
Menurut William Sears, MD, dan Martha Sears, RN, hasil-hasil penelitian mereka membuktikan bahwa bayi memang mendengar ketika diajak bicara ibunya. Dalam buku mereka The Baby Book, Everything You Need to Know about Your Baby from Birth to Age Two, keduanya menulis bahwa cara ibu berbicara pada bayinya memang lebih menentukan dalam berkomunikasi.
“Karena itu, sebenarnya bunda tak perlu cemas tidak akan bisa berkomunikasi dengan anaknya.
Biasanya, cara ibu berbicara diperoleh secara alami. Naluri bunda yang akan mengatakan bagaimana seharusnya ia berbicara dengan anaknya, apakah dengan lambat, lalu kemudian berubah menjadi keras, dan semacamnya,” kata mereka.
Tentu saja, ada juga beberapa kiat berbicara dengan bayi yang diberikan kedua ilmuwan ini, yaitu: - Melihat kepada bayi Anda.Pandanglah mata bayi sebelum bercakap-cakap, dan Anda akan memperoleh perhatian bayi serta mendapat tanggapan yang menghargai.
- Panggil si kecil dengan namanya.Bayi memang belum bisa mengasosiasikan dirinya dengan sebuah nama selama beberapa bulan pertama. Tapi, kalau dia sering dipanggil dengan nama itu, ia akan merasa nama itu istimewa karena telah pernah didengarnya. Jadi, bila bunda memanggilnya, ia akan terbawa perasaan gembira karena mendengar sesuatu yang tidak asing lagi.
- Lakukan dengan sederhana. Pakailah kalimat dengan dua atau tiga kata dan huruf vokal yang pengucapannya diperjelas dan dikeraskan, seperti : “Raafiii anaak baaaaik”. Untuk menyebut diri Anda, gunakan juga kata panggilannya seperti “Mama” dan “Papa”, atau “Bunda” dan “Ayah”, atau “Mum” dan “Dad”.
- Hidupkan suasana.Kalau ada kucing lewat, lambaikan tangan sambil mengatakan, “Dadah Mpus”, supaya bayi Anda mengerti bahwa kegiatan yang sedang dilakukan adalah memberi salam pada kucing. Biasanya, ia akan lebih mudah mengingat kata-kata yang berasosiasi dengan sikap tubuh yang menggambarkannya. Bisa juga Anda lakukan dengan bertepuk tangan bila mengatakan sesuatu yang ada hubungannya dengan tepuk tangan, atau menjentikkan jari, atau mengacungkan jempol, atau apa saja yang membuat suasana bersama bayi tetap hidup. Punya bayi memang cenderung menuntut Anda lebih cerewet.
- Ajukan pertanyaan.“Rafi mau mandi?” atau “Mau dadah sama Ayah?” adalah bentuk pertanyaan yang secara alami akan memperjelas suara pada akhir kalimat ketika bunda mengharapkan tanggapan dari buah hatinya.
- Berikan umpan balik kepada bayi Anda.Bila bayi merespons, atau ketika ia membuka percakapan dengan ‘senyuman’ bahasa tubuh atau dekutan yang menawan hati, tirulah vokalisasinya dan ulangi kembali. Dengan meniru bahasanya, nilai bayi terhadap hal itu akan bertambah, dan bayi akan terdorong untuk terus menyampaikan maksudnya. Nah, Anda siap untuk melakukan pembicaraan yang menyenangkan dengan sang buah hati. Tak usah ragu dan cemas, percayalah bahwa cara bicara Anda akan lebih menentukan berhasil tidaknya komunikasi ibu-anak. (hannie)
Posted on 7:13 PM
Label:
bahasa
Kita telah membicarakan mengenai adanya beberapa bahasa bayi, yaitu bahasa reseptif, visual, dan ekspresif. Yang dimaksud orangtua ketika mempertanyakan apakah ‘anakku terlambat berbicara’, sebenarnya lebih mengacu pada bahasa ekspresif. Padahal, sebelumnya bayi mungkin telah melalui tahap bahasa represif dan bahasa visual.
Bahasa visual atau disebut juga “bahasa tubuh” merupakan bahasa bayi atau anak. Bahasa ini tampak sebagai perubahan ekspresi muka atau sikap, yang mencerminkan apakah seorang bayi atau anak dalam keadaan gembira, marah, tidak mau diganggu, atau keadaan yang berhubungan dengan emosi lainnya.
Bahasa visual ini kurang berkembang pada anak-anak yang termasuk golongan spektrum autisme. Bahasa visual ini merupakan salah satu tahapan bicara pada seorang bayi/anak yang dapat dipakai untuk mendeteksi apakah seorang anak terlambat bicara sebelum bahasa ekspresifnya timbul.
Namun begitu, bila insting bunda mengatakan bahwa bayinya terlambat bicara, tak ada salahnya dilakukan konsultasi dengan dokter ahli. Setiap dokter, umumnya tak akan mengabaikan ‘kecurigaan’ orangtua, walau belum tentu bisa dipastikan kebenarannya dalam satu kali pertemuan. Itu sebabnya, dokter mungkin akan meminta orangtua untuk datang kembali 1 atau 3 bulan lagi.
Bahasa digunakan dalam rangka pertukaran informasi, di mana di dalamnya terkandung simbol-simbol tertentu yang bisa dilihat. Bahasa bayi dan perkembangannya dapat dilihat seperti di bawah ini:
1. Bahasa reseptif (masa preverbal).
Bahasa ini dimulai dari tangisan pertama sampai bayi dapat melontarkan kata pertama. Bayi memproduksi bahasa prelinguistik yang biasanya sesuai dengan pengasuhnya. Bahasa yang semula dikeluarkan adalah cooing atau suara seperti “vokal” tertentu (seperti “au” atau “u”). Tahap ini biasanya terdengar pada saat bayi berusia 4-6 minggu.
2. Bahasa ekspresif (masa verbal).
Bahasa ini menunjukkan kemampuan bayi untuk mengeluarkan kata-kata yang berarti, seperti kata “mama” atau “papa” dan biasanya terdengar saat bayi berusia 12-18 bulan.
Bahasa visual (dimulai beberapa minggu setelah kelahiran bayi).
Selain kedua bahasa di atas, ada lagi yang disebut bahasa visual. Bahasa ini merupakan bahasa yang dapat dilihat melalui perubahan sikap tubuh atau ekspresi wajah bayi, baik itu dalam keadaan gembira, sedih, marah, ataupun berbagai emosi lainnya.
Bahasa visual yang dapat dilihat pada seorang bayi antara lain:
• Senyum sosial, terjadi pada saat bayi berusia 4-6 minggu.
• Bayi mulai memerhatikan orang dewasa yang sedang bicara dan ketika orang dewasa tersebut berhenti bicara, bayi akan mengeluarkan suara. lagi. Ini merupakan dasar adanya interaksi pada seorang anak, yang merupakan awal tahapan bicara. Hal ini terjadi pada saat bayi berusia 2-3 bulan.
• Bayi terlihat mencari sumber suara bila ada yang mengajaknya bicara, saat ia berusia 4-5 bulan.
• Bayi menikmati permainan seperti “ciluk ba”, saat ia berusia 6-7 bulan. • Bayi mulai menggunakan tangannya untuk melakukan kegiatan sederhana seperti “melambaikan tangan” sebagai ekspresi interaksi sosial, pada saat ia berusia 9 bulan.
• Bayi memperlihatkan keinginannya pada suatu obyek dengan meraih atau menangis bila tidak mendapatkannya. Hal ini terjadi pada usia 9-12 bulan. • Bayi mulai menggunakan jarinya untuk menunjuk benda-benda yang diinginkan, ketika usianya mencapai 12 bulan.
Sungguh ajaib dan begitu indah melihat dan mendengar komunikasi yang ditunjukkan oleh bayi mungil Anda. Sudah selayaknya bila orangtua memiliki pengetahuan tentang kecakapan bayi berkomunikasi sejak dini supaya dapat memahami apa yang ingin disampaikan buah hatinya.
Selain itu, jika ternyata perkembangannya tak sesuai dengan apa yang ditemukan para ahli, maka Anda dapat segera berkonsultasi ke dokter perkembangan anak untuk menanganinya.
Apa saja yang bisa dilakukan orang tua agar bisa menikmati indahnya
bahasa bayi? Tunggu kelanjutannya pada seri Indahnya Bahasa Bayi. (Hannie K).
Menginjak usia 15-18 bulan, perkembangan bahasa bayi menunjukkan peningkatan. Bunda dapat melihat bahwa kata-kata favorit sang buah hati, semakin bertambah. Menurut William dan Martha Sears dalam The Baby Book, ocehan bayi meningkat dari hanya 10 kata saat berusia 15 bulan, menjadi sekitar 50 kata saat berusia 18-24 bulan. Walaupun begitu, masih juga ada beberapa bunyi yang tidak dapat dimengerti keluar dari mulut bayi.
Kata-kata pertama anak berkembang dari kata-kata yang tak lengkap menjadi kata-kata yang utuh ketika dia melengkapi kata-kata itu menjadi tepat. “Mi” misalnya, akan berubah menjadi “minum”.
Ucapan bayi juga semakin memanjang dari pengucapan satu suku kata menjadi kata-kata yang terucap secara utuh. Walaupun masih salah dan mungkin membuat Anda tertawa, tapi bayi semakin pintar. Contohnya, ia sudah bisa bilang “sudah”. Dulu, ia mungkin menyingkatnya dengan “dah” saja.
Bayi juga terlihat lebih mengikuti percakapan yang terjadi di dekat mereka. Misalnya, Anda meminta suami mengambilkan botol susu anak. Yang terjadi kemudian, bisa jadi ia yang akan mengambilkannya dan memberikannya pada Anda. Pandai sekali, bukan?
Ada beberapa ciri lain yang menunjukkan perkembangan bahasa bayi usia 15-18 bulan, yaitu:
Lebih tanggap terhadap kata-kata tanpa gerak isyarat. Walaupun Anda tidak lagi menunjuk diri sendiri bila ingin mengatakan “Mama mau gendong kamu”, batita Anda sekarang sudah mengerti. Ia akan menghambur ke pelukan Anda dan menunggu dirinya digendong.
Mulai ikut bernyanyi.
Bayi bunda sekarang mulai ikut bersenandung ketika Anda menyanyikan lagu untuknya. Kalau bisa, rekam segera suaranya di kaset sehingga Anda bisa mengabadikan momen penting ini.
Menggerakkan tangan
Batita Anda kini mulai melengkapi dirinya sendiri dengan gerakan tangan. Misalnya, ia akan mengangkat lengan sambil mengatakan, “gendong”. Ia juga bisa menunjukkan isyarat diam berupa ucapan “sssttt” yang dilakukan sambil menempelkan jari telunjuk ke mulut. Kata “tidak” bisa saja ia lontarkan sambil menggeleng-gelengkan kepala yang kaku atau kuat. Bila ia berespons negatif, alisnya terngkat, bibirnya berkerut, wajahnya menunjukkan ekspresi marah, dan jarinya diayunkan ke arah bunda sambil mengatakan “Tidak!”
Ucapan untuk berinteraksi
Batita semakin ahli menamai aktivitas favoritnya setiap hari, khususnya tentang pemberian makan, dan akhirnya dapat meminta makan secara lisan maupun dengan bahasa tubuh. Bayi Anda mungkin menarik blus Anda untuk minta disusui, sambil mengucapkan kata “mimi”. Ia mungkin saja meminta botol seraya menunjuknya. Ia sering mengucapkan salam seperti mengatakan “hayo” (halo) ketika mengangkat telepon yang berdering. Ia bahkan dapat mengejutkan Anda dengan mengucapkan “aci” sebagai pengganti kata “terima kasih”. Banyak kata yang Anda ucapkan ratusan kali sebelumnya akan terdengar kembali dari mulut si mungil.
Anda sendiri mulai berubah
Yang mungkin tidak Anda sadari adalah bahwa pada saat si buah hati mulai berbicara menyerupai orang dewasa, ada kemungkinan Anda juga mengajaknya bicara tidak lagi seperti mengajak bicara bayi. Bunda mungkin mulai berbicara dengan nada normal, karena bayi mulai mengerti hal yang Anda ucapkan tanpa perlu menggunakan nada suara yang ditinggi-tinggikan atau dilengking-lengkingkan. (hannie)
Agar komunikasi dengan bayi Anda semakin lancar dan baik, ada baiknya Anda mencoba berbagai kiat yang akan memperkaya kosakata dan perkembangan bahasa si kecil. Tentu saja, naluri Anda sebagai ibu boleh jadi sudah cukup besar tanpa perlu mempelajarinya, namun kiat ini diberikan untuk menambah karagaman usaha Anda.
Lihat dan bicarakan buku bergambar bersama-sama.
Pilihlah buku-buku yang merangsang dan mendorong bayi untuk mengingat nama-nama dengan menunjuk gambar dan mengatakan, “Apa ini?” Asosiasikan tokoh dalam buku dengan karakter yang ada dalam kehidupan nyata. Sewaktu bunda menunjuk gambar pohon di buku, tunjuk juga pohon yang ada di halaman rumah.
Perluaslah kata-kata dan gerak isyarat menjadi sebuah ide.
Jika si kecil menunjuk burung sambil bertanya, jawablah, “Itu namanya burung.” Tambahkan pula, “Burung terbang di langit.” Bunda tak hanya menjawab pertanyaannya, tapi juga memberinya gagasan dan kata yang diasosiasikan. Beri nama sebanyak mungkin pada benda atau orang sambil menambahkan keterangan supaya ia semakin terbiasa mendengar dan mencoba memahami.
Lakukan permainan kata-kata dan menyanyikan lagu dengan menggunakan gaya.
Pelajaran bahasa jadi lebih menyenangkan dengan lagu dan gaya. Anak batita senang sekali melakukan permainan tentang bagian tubuhnya dan mempelajari dengan cepat apa arti jari kakinya setelah melakukan permainan yang berhubungan dengan jari kaki beberapa kali. Bisa juga Anda mengajarkan lagu-lagu seperti “Topi saya bundar” atau “Dua mata saya” dan sebagainya.
Bicarakan tindakan yang sedang Anda lakukan.
Pada bulan-bulan sebelumnya, bunda mungkin sedah memberitahukan kepada si kecil tentang langkah-langkah penggantian popok. Sekarang, mudah untuk merawat anak Anda secara mekanistis, seperti mengganti popok dan memandikannya, tanpa perlu melakukan banyak dialog. Tapi, teruskan obrolannya,” Sekarang kita angkat tangan Ade .. sekarang kita basuh tangan Ade …” dan seterusnya.
Berbicara dengan bayi dalam kalimat tanya.
Anak Anda sepertinya menikmati nada dan intonasi suara ketika Anda atau orang di dekatnya mengajukan pertanyaan. Kalimat tanya menadakan bahwa Anda menerima tanggapan darinya, dan dia biasanya menjawabnya.
Beri pilihan kepada buah hati.
Contoh yang berkaitan dengan hal ini adalah, “Rafi, kamu mau apel atau jeruk?” Hal ini akan mendorongnya untuk menjawab dan merangsangnya untuk mengambil keputusan, selain mengingatkannya untuk membedakan dua buah benda.
Lakukan kontak mada dan sebut bayi Anda dengan namanya.
Tatapan secara intensif ke mata bayi yang selalu bertanya-tanya dapat mempertahankan perhatiannya. Kemampuan untuk merasa nyaman dalam melakukan kontak mata adalah latihan pengayaan bahasa yang akan menguntung si kecil seumur hidupnya. Juga, panggil selalu namanya sebagai salah satu pelajaran bahasa yang berhubungan dengan sosialisasi. Hal ini mengajarkan kepadanya untuk menggunakan nama ketika berbicara dengan orang lain.
Perbaiki ucapan bayi dengan tenang.
Tujuan utama dari bahasa anak bayi adalah untuk mengomunikasikan ide, bukan kata-kata. Sebagian besar omongan anak mungkin belum dapat ditangkap ketika ia berusia kurang dari dua tahun. Adalah penting bagi anak batita untuk berbicara dalam bahasa bayi dan bereksperimen dengan suaranya tanpa campur tangan pihak lain untuk menyempurnakannya. Bila Anda merasa bahwa buah hati Anda memiliki masalah dengan kata-kata tertentu, Anda harus berusaha untuk sering kali mengulangi suara itu, dan tingkatkan motivasi anak Anda untuk menirukannya.