Apa Yang Anda Dapatkan

informasi tentang masa-masa kehamilan anda, perkemabangan janin dalam tubuh anda. tumbuh kembang buah hati anda hingga berusia 3 tahun. hal-hal apa saja yang perlu anda perhatikan bagi anak anda. 3 tahun pertama kehiupan mereka akan menjadi masa-masa kritis yang menentukan masa depan mereka kelak.

Saya, Elka Anastasia

adalah seorang ibu dengan 3 putra berusia balita semua, ingin berbagi tentang masa kehamilan dan mengasuh ketiga 'jagoan' kecil saya. baik pengalaman pribadi maupun referensi yang saya dapatkan dari masa tumbuh kebang para 'jagoanku' di 3 tahun pertama kehidupan mereka. Semoga bermanfaat...

Showing posts with label asi. Show all posts
Showing posts with label asi. Show all posts

Makanan Penganggu Dalam Asi

Ketika menyusui, pengaturan menu makan seorang ibu sangat penting, sama pentingnya dengan perawatan bayi. Selain gizi seimbang plus air putih, menu makan ibu menyusui sebaiknya juga memerhatikan beberapa zat makanan yang disinyalir dapat mengganggu produksi maupun kualitas ASI. Makanan-makanan pengganggu ini dapat masuk ke ASI dan mengganggu bayi, dua jam setelah Anda mengonsumsinya. Demikian yang ditegaskan Dr. William Sears dalam The Baby Book.

Tanda-tanda bahwa makanan tersebut adalah pengganggu ASI dapat dilihat pada bayi. Misalnya, bayi menjadi rewel, sakit perut, tingkah laku gelisah, atau apa yang disebut sebagai kolik 24 jam – yaitu rasa sakit yang terjadi, maksimum 24 jam, setelah ibu mengonsumsi makanan yang dicurigai, tapi hal itu tidak terjadi lagi sampai ibu megonsumsi lagi makanan yang sama. Beberapa makanan yang dicurigai dapat mengganggu ASI adalah:

1. Produk olahan-berbahan-susu. Kandungan protein alergenik pada produk-produk olahan-berbahan-susu dapat masuk ke ASI dan menghasilkan gejala-gejala sakit perut pada bayi. Makanan itu antara lain adalah susu, yoghurt, dan keju.

2. Makanan yang mengandung kafein. Minuman ringan, cokelat, kopi, teh, dan minuman pengurang rasa dingin, semuanya mengandung kafein. Meskipun sebagian bayi lebih peka terhadap kafein dibanding bayi lainnya, biasanya ibu harus mengonsumsi produk ini dalam jumlah besar terlebih dulu untuk dapat memberi efek mengganggu pada bayinya.

3. Biji-bijian dan kacang-kacangan. Yang paling alergenik dari jenis ini adalah gandum, jagung, dan kacang tanah.

4. Makanan pedas. Air susu ibu akan terasa berbeda setelah Anda mengonsumsi makanan pedas dan mengandung bawang putih. Salad, pizza, dan minuman keras juga dapat menimbulkan protes dari lambung bayi, sehingga ia menolak minum ASI atau menjadi sakit perut.

5. Makanan yang mengandung gas. Brokoli, bawang putih, tauge, cabai hijau, kembang kol, kubis, dapat mengganggu bayi, tetapi tidak terlalu mengganggu bila sudah dimasak. Memang cukup sulit untuk menjelaskan secara ilmiah bagaimana makanan tersebut dapat mengganggu bayi, namun pengalaman para ibu menyusui menyebutkan bahwa makanan yang banyak mengandung gas membuat bayi banyak mengeluarkan gas pula.

Selain jenis makanan yang mengganggu ASI, ibu menyusui sebaiknya juga memerhatikan aturan lain dalam menyantap makanan. Aturan itu adalah jangan berlebihan dalam mengonsumsi suatu makanan. Ada bayi yang bisa terganggu setelah ibunya makan makanan tersebut dalam jumlah yang banyak, misalnya bila ibu terlalu banyak makan makanan olahan dari gandum dan makanan-makanan masam. Namun, dalam jumlah kecil makanan ini masih bisa ditoleransi pencernaan bayi.

Makanan Pengganggu Dalam Asi

Ketika menyusui, pengaturan menu makan seorang ibu sangat penting, sama pentingnya dengan perawatan bayi. Selain gizi seimbang plus air putih, menu makan ibu menyusui sebaiknya juga memerhatikan beberapa zat makanan yang disinyalir dapat mengganggu produksi maupun kualitas ASI. Makanan-makanan pengganggu ini dapat masuk ke ASI dan mengganggu bayi, dua jam setelah Anda mengonsumsinya. Demikian yang ditegaskan Dr. William Sears dalam The Baby Book.

Tanda-tanda bahwa makanan tersebut adalah pengganggu ASI dapat dilihat pada bayi. Misalnya, bayi menjadi rewel, sakit perut, tingkah laku gelisah, atau apa yang disebut sebagai kolik 24 jam – yaitu rasa sakit yang terjadi, maksimum 24 jam, setelah ibu mengonsumsi makanan yang dicurigai, tapi hal itu tidak terjadi lagi sampai ibu mengkonsumsi lagi makanan yang sama.


Beberapa makanan yang dicurigai dapat mengganggu ASI adalah:

  1. Produk olahan-berbahan-susu. Kandungan protein alergenik pada produk-produk olahan-berbahan-susu dapat masuk ke ASI dan menghasilkan gejala-gejala sakit perut pada bayi. Makanan itu antara lain adalah susu, yoghurt, dan keju.
  2. Makanan yang mengandung kafein. Minuman ringan, cokelat, kopi, teh, dan minuman pengurang rasa dingin, semuanya mengandung kafein. Meskipun sebagian bayi lebih peka terhadap kafein dibanding bayi lainnya, biasanya ibu harus mengonsumsi produk ini dalam jumlah besar terlebih dulu untuk dapat memberi efek mengganggu pada bayinya.
  3. Biji-bijian dan kacang-kacangan. Yang paling alergenik dari jenis ini adalah gandum, jagung, dan kacang tanah.
  4. Makanan pedas. Air susu ibu akan terasa berbeda setelah Anda mengonsumsi makanan pedas dan mengandung bawang putih. Salad, pizza, dan minuman keras juga dapat menimbulkan protes dari lambung bayi, sehingga ia menolak minum ASI atau menjadi sakit perut.
  5. Makanan yang mengandung gas. Brokoli, bawang putih, tauge, cabai hijau, kembang kol, kubis, dapat mengganggu bayi, tetapi tidak terlalu mengganggu bila sudah dimasak. Memang cukup sulit untuk menjelaskan secara ilmiah bagaimana makanan tersebut dapat mengganggu bayi, namun pengalaman para ibu menyusui menyebutkan bahwa makanan yang banyak mengandung gas membuat bayi banyak mengeluarkan gas pula.

Selain jenis makanan yang mengganggu ASI, ibu menyusui sebaiknya juga memerhatikan aturan lain dalam menyantap makanan. Aturan itu adalah jangan berlebihan dalam mengonsumsi suatu makanan. Ada bayi yang bisa terganggu setelah ibunya makan makanan tersebut dalam jumlah yang banyak, misalnya bila ibu terlalu banyak makan makanan olahan dari gandum dan makanan-makanan masam. Namun, dalam jumlah kecil makanan ini masih bisa ditoleransi pencernaan bayi.

Bosom Buddies: Why dad should know the facts about breastfeeding.

By PT Staff

what

Everyone agrees that breast is best when it comes to feeding babies. But what does it take for a woman to decide to breast-feed her baby?

The biggest influence is her husband or boyfriend. But until pediatrician Gary Freed became an expectant father, no one thought to examine men's attitudes toward breast-feeding. "No one knows what dads think," declares an incredulous Freed, assistant professor of pediatrics and health policy at the University of North Carolina.

So he studied 268 men attending prenatal classes with their partners. What most distinguished the 58 percent of women who planned to breast-feed from the 42 percent who didn't was the attitude of their husbands.

"The partners of the formula moms didn't know breast-feeding was good for their kids," says Freed. And they subscribed to assorted myths and misconceptions: that breast-feeding is bad for the breasts, that it makes breasts ugly. They also thought it would interfere with sex.

Partners of the breast-feeders, by contrast, believed breast-feeding would abet mother-infant bonding, they believed it would protect their infants against disease, and they were more likely to have added respect for their partner if she breast-fed. Interestingly, Freed reports in Pediatrics, both groups of men felt breast-feeding in public was not acceptable.

"Men are not such big clods as we think they are. We demand that they be supportive -- but we exclude them from the education process" writes Freed. He speaks from experience: "My wife and I attended prenatal education classes, but only she was offered classes about breast-feeding. I signed up, too; and they all thought I was a sex pervert with a breast fixation. Even though I'm a pediatrician, I needed to know more."

Freed believes that men should be given prenatal classes in breast-feeding. "It will conquer their myths and misperceptions." And help to stem the ten-year decline in breast-feeding among American women. He would not exempt his colleagues from such an education. "Physician support is also important for breast-feeding women. No one should give women bad information."

Milk Supply

By Natural Family Online

According to the American Academy of Pediatrics, American women are not breastfeeding their babies long enough and are supplementing with unnecessary liquids. The AAP recommends breastfeeding your baby for no less than six months, and abstaining from supplements for the same amount of time.


Many women stop nursing within the first few months or even weeks after their baby is born. Likewise, they’re supplementing with juices, water, and formula without reason.

ASI Mengurangi Resiko Alergi

Pada bayi, penyakit alergi yang paling mendapat perhatian serius selain alergi susu sapi adalah dermatitis atopik atau kemerahan (rash) pada kulit karena faktor makanan atau suhu. Penyakit dermatitis atopik ini sangat umum terjadi pada bayi.

Tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Saarinen pada tahun 1979 membuktikan bahwa pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan si bayi, dapat menurunkan insiden dermatitis atopik bahkan sampai si kecil berusia 3 tahun.

Lebih jauh penelitian ini menunjukan bayi yang mendapat ASI ekslusif, kemungkinan menderita reccurent (pengulangan serangan alergi) lebih rendah dibanding bayi yang tidak mendapat ASI

Zat pada ASI yang memberikan kekebalan alami

Air Susu Ibu bukan hanya mengandung berbagai nutrisi untuk pertumbuhan buah hati tersayang, tapi juga mengandung oligosakarida, sejenis prebiotik yang memperkuat sistem kekebalan tubuh alami pada bayi yang baru lahir, khususnya di saluran pencernaan.

Zat ini terus diproduksi pada Air Susu Ibu, sehingga si kecil akan memperoleh kekebalan tubuh alami selama ibu menyusuinya.

Kemampuan ASI dalam memberi perlindungan ini telah terbukti dalam penelitian selama 40 tahun terakhir ini. Ketika dibandingkan dengan bayi-bayi yang tidak diberikan ASI, bayi-bayi yang diberikan ASI tidak mudah terkena penyakit akibat infeksi, alergi dan penyakit lain yang berhubungan dengan kekebalan tubuh.

Pada penelitian yang diadakan di tahun 1990, terbukti bahwa bayi-bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 13 minggu pertama dalam kehidupannya memilki tingkat infeksi pernafasan dan infeksi saluran cerna yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi-bayi lain yang diberikan susu formula biasa.

Menurunnya tingkat infeksi saluran cerna ini tetap bertahan bahkan sesudah selesai masa pemberian ASI dan berlanjut hingga tahun-tahun pertama dalam kehidupan anak.

Tingkat infeksi saluran cerna dan pernafasan bayi pada 13 minggu pertama sesudah dilahirkan:

-----------------------------------------------------------------------------------
Bayi yang diberi Bayi yang diberi
ASI eksklusif susu formula biasa
-----------------------------------------------------------------------------------
Infeksi saluran cerna 2.9% 15.7%
Infeksi saluran pernafasan 25.6% 37%
-----------------------------------------------------------------------------------

Tentang ASI

Saat buah hati ibu tumbuh dan berkembang di dalam kandungan, tubuh ibu memberinya antibodi melalui plasenta. Ini memberinya kekebalan pasif yang mampu melindungi janin ibu dari serangan penyakit selama masa kehamilan.

Namun, begitu sang buah hati dilahirkan, ia tidak lagi mendapatkan suplai antibodi. Sementara itu sistem kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir belum bekerja secara sempurna. Karena itu, bayi sangat rentan terkena resiko infeksi pada tahun pertama hidupnya.

Menurut Professor Guido Moro dari Macedonis Melloni Maternity Hospital di Milan dua pertiga dari sistem kekebalan tubuh bayi ada di bagian perutnya, sehingga sangatlah penting untuk memperhatikan apa yang ia makan dan minum.
Itulah sebabnya mengapa buah hati Ibu yang baru lahir sangat membutuhkan ASI terutama selama 6 bulan pertama kehidupannya.

Sebagai makanan pertama si buah hati, ternyata ASI bukan hanya nutrisi sempurna untuk buah hati dan mendekatkan hubungan emosi antara ibu dan sang bayi, namun sekaligus memberi perlindungan karena ASI bermanfaat memperkuat imunitas alami bayi yang baru lahir.

Begitu banyak manfaat ASI untuk sang buah hati, sepuluh keajaibannya antara lain: ASI memperkuat sistem kekebalan tubuh. Komponen utama pembangun sistem kekebalan tubuh pada ASI adalah prebiotik ASI menurunkan terjadinya resiko alergi ASI menurunkan resiko terjadinya penyakit pada saluran cerna, seperti diare dan meningkatkan kekebalan pada sistem pencernaan ASI menurunkan resiko gangguan pernafasan, seperti flu dan batuk ASI kaya akan AADHA yang mendukung pertumbuhan kecerdasan anak ASI mengandung prebiotik alami untuk mendukung pertumbuhan flora usus ASI memiliki komposisi nutrisi yang tepat dan seimbang (dimana cuma ASI yang memilikinya)

Bayi-bayi yang diberikan ASI menjadi lebih kuat. Menyusui juga menurunkan terjadinya resiko obesitas saat ia tumbuh besar kelak. Bayi-bayi yang menerima ASI memiliki resiko lebih rendah dari penyakit jantung dan darah tinggi di kemudian hari Menurut hasil penelitian, menyusui telah terbukti dapat menurunkan resiko kanker payudara, kanker ovarium, dan osteoporosis.

ASI dan Imunitas Bayi

Penelitian membuktikan bahwa ASI mampu memperkuat kekebalan alami tubuh bayi. Di dalam ASI terdapat oligosakarida yang menjalankan fungsi sebagai prebiotik di dalam pencernaan si kecil.

Manfaat yang diberikan oligosakarida ini adalah:

1. Memperkuat sistem kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir

2. Memiliki efek anti infeksi dengan melapisi dinding usus dan menekan pertumbuhan bakteri pathogen.

Untuk lebih mudah memahami manfaat dari oligosakarida ini, Ibu bisa melihatnya melalui feses si kecil. Kandungan oligosakarida membuat feses bayi yang diberikan ASI bertekstur lebih lembut, sehingga dapat menghindarkan buah hati tersayang dari keluhan konstipasi (susah buang air besar).

Manfaat ASI dalam meningkatkan kesehatan system pencernaan bayi.

Di dalam ASI terdapat komponen oligosakarida yang merupakan komponen terbesar ketiga setelah laktosa dan lemak. Oligosakarida ini memiliki peran vital dalam menciptakan sistem pencernaan yang sehat dan mendorong terjadinya dominasi bakteri yang baik disaluran cerna.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Clemens di Bangladesh pada tahun 1992, yang dipublikasikan di Journal of Pediatrics membuktikan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif mengalami penurunan risiko shigellosis (infeksi bakteri saluran cerna yang menyebabkan diare kronis) hingga 52% dibanding bayi yang tidak mendapatkan ASI atau bayi yang mengkonsumsi susu formula.

Penelitian Clemens ini dilakukan pada kelompok anak anak yang rentan infeksi saluran pencernaan. Penelitian ini memperkuat fakta bahwa ASI merupakan perlindungan utama bagi bayi terhadap penyakit infeksi, terutama infeksi saluran cerna.
 

wall-boa-2

wal-abpras-1