Apa Yang Anda Dapatkan

informasi tentang masa-masa kehamilan anda, perkemabangan janin dalam tubuh anda. tumbuh kembang buah hati anda hingga berusia 3 tahun. hal-hal apa saja yang perlu anda perhatikan bagi anak anda. 3 tahun pertama kehiupan mereka akan menjadi masa-masa kritis yang menentukan masa depan mereka kelak.

Saya, Elka Anastasia

adalah seorang ibu dengan 3 putra berusia balita semua, ingin berbagi tentang masa kehamilan dan mengasuh ketiga 'jagoan' kecil saya. baik pengalaman pribadi maupun referensi yang saya dapatkan dari masa tumbuh kebang para 'jagoanku' di 3 tahun pertama kehidupan mereka. Semoga bermanfaat...

Makanan Yang Sebaiknya Dihindari Si Kecil



Setiap orang tua pasti selalu ingin memberikan yang terbaik untuk sang buah hati, termasuk dalam hal pemberian makanan. Bahkan seringkali Bunda disibukkan dengan kegiatan memilih menu bergizi untuk si kecil. Tapi tahukah Bunda...? Ternyata... ada beberapa makanan dan minuman yang belum boleh dikonsumsi oleh si kecil pada usia tertentu.

Ternyata... ada beberapa makanan dan minuman yang belum boleh dikonsumsi oleh si kecil pada usia tertentu.

Berikut ini kami berikan beberapa contoh makanan yang sebaiknya tidak diberikan pada si kecil (dilihat berdasarkan usianya) :

Usia 0-6 bulan
Pada usia ini sebaiknya hindari memberikan makanan lain pada si kecil karena berdasarkan anjuran kesehatan, umumnya saat usia 0-6 bulan si kecil hanya diberi ASI atau susu formula saja.

Usia 6-12 bulan
*Jus buah yang rasanya asam, seperti jeruk lemon dan jeruk nipis.
*Telur
*Bumbu masak atau penambah cita rasa, seperti garam, gula, kecap, madu dan bahan pemanis lainnya
*Kacang dan biji-bijian, termasuk selai kacang
*Gandum, barley, havermout dan produk olahannya (roti dan sereal) yang mengandung gluten
*Kerang-kerangan
*sapi segar

Usia 12-36 bulan

* diet atau makanan yang rendah lemak
* dan gula digunakan seminimal mungkin
* makanan penyebab alergi
* yang bisa membuat si kecil tersedak

Seperti biasa... untuk lebih jelasnya, sebaiknya Bunda berkonsultasi dengan dokter terkait. Jadi... bisa disesuaikan dengan keadaan kesehatan dan kebutuhan perkembangan si kecil.

Nonton Filmnya KOK YANG ITU-ITU LAGI..?

"Barney lagi Barney lagi.... Kok enggak bosan nonton film yang itu-itu saja?"

Mungkin Anda pun mengalaminya, si batita bukan hanya minta diputarkan film yang itu-itu lagi, tapi juga minta didongengkan cerita yang sama setiap malam atau diputarkan kaset lagu favoritnya berulang-ulang. Bosan? Ya, bagi kita memang membosankan bila harus mengulang-ulang cerita yang sama, tapi tak demikian halnya dengan si batita. Justru hal itu adalah momen paling menyenangkan.

Ketahuilah, kemampuan memahami dan menangkap bahasa pada batita masih terbatas. Saat cerita dibacakan, dia membutuhkan konsentrasi penuh untuk memahami setiap kata yang diucapkan. Apalagi untuk memahami jalan cerita, karakter cerita yang ada, dan lain-lain. Saat dibacakan, ada seekor gajah, dia mungkin akan menerka-nerka, seperti apakah rupa gajah itu, seberapa besar, dan lain-lain. Karena itu, pengulangan diperlukan untuk lebih memahami cerita.

Semakin sering cerita dibaca, semakin mengertilah dia. Saat orangtua jenuh, anak justru bangga karena sudah bisa menghafal jalan cerita. Bila diibaratkan, adakah orang yang langsung memahami rumus matematika? Tentu tidak! Seseorang kadang harus mendapat pengulangan berkali-kali lewat teori dan latihan untuk memahaminya.


Apalagi, memori anak belum berkembang dengan baik. Orangtua mungkin saja mengatakan, film ini sudah ditonton berkali-kali, tapi anak tidak demikian. Kemampuan memori jangka pendek dan panjang anak belum optimal. Tak heran, anak kadang lupa yang telah dikerjakannya kemarin. Sehingga, hal yang diulang-ulang seperti hal yang baru lagi baginya.


Selain itu, batita juga umumnya menolak perubahan. Segala hal yang baru kadang membuatnya rewel. Dia lebih menikmati sesuatu yang sudah diketahuinya. Sebab lain, penguasaan batita terhadap jalan cerita atau film, membuatnya bisa lebih aktif dan responsif. Anak bisa menebak apa yang akan terjadi, atau lebih merespons setiap kejadian.


LEBIH BERPARTISIPASI

Jadi, pengulangan adalah proses belajar anak. Orangtua harus bisa menikmati pengulangan itu demi anak. Agar tak membosankan, sebaiknya orangtua lebih aktif. Misal, saat membacakan cerita, cobalah gaya yang baru. Dengan demikian, anak belajar hal baru dari cerita yang sama.

Selain itu, minta anak untuk lebih berpartisipasi dalam segala aktivitas. Saat menonton film yang sama, cobalah tanyakan kejadian yang sedang atau akan terjadi. Misal, ke mana kancil berlari? Atau, ajak menirukan bagaimana tokoh dalam film itu marah, sedih, dan lain-lain. Atau, tunjukkan hal-hal lain yang belum dilihat atau didengar anak, seperti ada seekor burung di atas kepala si tokoh, menirukan suara gajah, dan sebagainya. Semua itu akan membuatnya senang.

Apalagi kalau dia bisa menjawab atau mengikuti arahan orangtua. Kebanggaan tersendiri jika ia mampu menunjukkan kemampuannya. Itu juga akan membuat kecerdasan lainnya berkembang, seperti kecerdasan gerak, imajinasi, dan lain-lain.


Kelak, perilaku anak yang gemar mengulang-ulang sesuatu itu, lambat-laun akan menghilang. Kapan tepatnya? Anak sendirilah yang tahu, kapan cerita yang diulang-ulang itu mesti dihentikan. Bukan tak mungkin anak akan beralih ke lagu, dongeng, atau film lain yang berbeda. Bahkan, dia akan menolak mentah-mentah jika lagu yang sama diputar kembali, cerita yang sama dibacakan lagi.


KENALKAN BERTAHAP

Kendati demikian, orangtua tetap perlu mengenalkan hal baru kepada anak. Baik mainan, musik, dongeng, film, atau apa pun yang disukai anak. Saat anak menggandrungi sebuah cerita, misal, orangtua bisa memperkenalkan cerita baru yang tak kalah menarik.

Lakukan secara perlahan dan hindari pemaksaan. Agar anak lebih bisa menerima, pilihlah dongeng dengan tokoh cerita yang sama tapi jalan ceritanya berbeda. Umpama, tokoh utamanya tetap kancil tapi kali ini ceritanya bukan mencari mentimun, melainkan menolong anak gajah yang tersesat. Perubahan yang tidak terlalu drastis membuat anak lebih mudah beradaptasi.


Demikian juga bila anak sudah gandrung dengan lagu tertentu, orangtua jangan menyerah atau justru senang karena tak perlu membelikan kaset baru. Cobalah beli CD atau kaset baru dengan lirik dan melodi menarik. Usahakan juga dalam kaset itu masih ada lagu-lagu favorit yang disukainya. Tak perlu berharap anak langsung menyukai CD baru itu. Saat anak meminta diputarkan lagu favoritnya, turuti saja. Seiring dengan waktu, ia akan mengenal dan menyukai lagu barunya. Dendangkan bersama-sama lagu yang berkumandang agar anak lebih mudah mengenal liriknya.


Ajak anak ke lingkungan yang terdapat musik, film, atau dongeng baru, seperti toko kaset, toko buku, atau perpustakaan. Di tempat itu, minta anak untuk memilih kaset/film/lagu baru. Demikian juga saat orangtua hendak memberikan hadiah buat anak, bisa berupa buku cerita atau film baru.


Ketahuilah, di usia ini otak anak berkembang dengan pesat. Masa ini adalah masa tepat memperkenalkan hal-hal baru kepada anak. Itu bisa dilakukan lewat film, musik, dongeng, mainan, dan sebagainya. Jadi, banyak-banyaklah memperkenalkan si kecil kepada hal-hal baru secara bertahap tanpa memaksanya meninggalkan kebiasaan mengulang-ulang sesuatu.


Narasumber:
Yunita P. Sakul, Psi.,
dari Essa Consulting Group

9 KEREWELAN DAN CARA MENGATASINYA

Masih susah bicara bikin si batita gampang frustrasi. Sedikit-sedikit menangis, menjerit, kadang disertai amukan. Perilaku ini sering tak kenal waktu dan tempat. Penyebabnya kadang juga membingungkan. Apa saja sih? Nah, coba deh kenali 9 sumber kerewelan anak batita dan cara jitu mengatasinya!

1. REWEL KALA SAKIT
Wajar jika anak rewel kala sakit. Diberi ini salah, diberi itu salah. Kondisi tak nyaman membuat anak uring-uringan. Tak heran, semua itu bisa mengubah perilaku anak. Si kecil yang tadinya aktif dan ceria, mendadak murung dan cengeng. Anak pun jadi lebih manja.

Cara Mengatasi:
  • Bersabarlah menghadapinya. Anak sakit lebih membutuhkan banyak perhatian ketimbang anak sehat. Jadi, dampingi selalu si kecil. Jalinlah komunikasi yang hangat dan menghibur. Tanyakan, apa yang dia rasakan. Sedapat mungkin berikan beberapa pertolongan kecil, seperti mengusap-usap perut atau mengipasi. Jika perlu, dekaplah dia dengan penuh kasih. Ciptakan suasana aman, hingga anak merasa nyaman dan tidak bosan.
  • Sikap sabar juga perlu dikedepankan saat memberi makan dan obat. Jika anak menolak makan, tak perlu dipaksa, melainkan disuapi sedikit demi sedikit. Buatlah menu makanan yang lembut dan mudah dikunyah. Hal yang sama berlaku buat obat. Katakan, obat harus diminum agar anak bisa sehat dan bisa bermain kembali.
  • Buat juga suasana menyenangkan. Hindari menunjukkan kesedihan di depan anak. Lakukan kegiatan bermain yang disukainya. Membacakan dongeng favorit bisa menjadi pilihan. Sediakan juga mainan yang bisa dilakukan di tempat tidur seperti boneka tangan, mewarnai, melipat kertas, nonton teve atau film kesayangan, dan sebagainya. Namun, waktu bermain tetap harus dibatasi, karena anak membutuhkan istirahat agar cepat sembuh.

2. REWEL DI TEMPAT BARU/ASING

Meskipun dinilai wajar, perilaku ini sering membuat kesal orangtua. Anak rewel karena merasa tak nyaman dengan kondisi baru. Tak jarang, kondisi itu dirasakan anak sebagai sesuatu yang mengancam. Terlebih jika anak belum mengenal kondisi tempat baru itu sebelumnya, juga fasilitas yang ada. Saat anak diajak ke tempat praktik dokter, misal, dia tentu bingung dengan ruangan serba putih, dan terdapat berbagai peralatan "aneh" macam jarum suntik, stetoskop, mesin USG, dan sebagainya.

Cara Mengatasi:

Sebelum mengajak si kecil pergi, orangtua perlu membekali anak mengenai tempat apa yang akan dituju, kondisi apa sajakah yang akan ditemui anak, apa pula benda-benda yang terdapat di sana. Sering-seringlah bepergian ke tempat baru bersama si batita. Semakin banyak tempat yang dikunjungi, semakin kaya dan luas pengalaman anak.

3. REWEL KALA BERTAMU

Sering kan menghadapi batita yang merengek-rengek minta pulang kala diajak bertamu, "Pulang... Ma... pulang...." Kerewelan ini disebabkan si batita menganggap, rumahku adalah surgaku. Tiada tempat yang paling indah dan nyaman selain rumah.

Apalagi jika lingkungan rumah benar-benar menyenangkan; luas, sejuk, dan banyak mainan. Selain itu, banyaknya sosok asing di rumah orang lain membuat anak enggan berlama-lama. Belum lagi rumah itu kurang menyenangkan seperti sempit, gerah, dan sumpek.


Cara Mengatasi:

  • Buatlah anak merasa nyaman. Sebelum pergi, bekali si kecil dengan banyak mainan. Jika di rumah yang dikunjungi ada anak kecil, ajak bermain bersama si kecil. Perhatikan juga kondisi tubuh anak. Jika terlihat lelah, biarkan dia beristirahat sejenak.
  • Setelah cukup, orangtua bisa mengeksplorasi lingkungan rumah yang dikunjungi. Siapa tahu banyak hal menarik yang bisa ditemukan seperti ada kolam ikan, taman, dan sebagainya.
  • Ajari anak bersosialisasi dengan mengunjungi rumah tetangga, saudara, atau teman, sehingga dia terbiasa mengunjungi rumah orang lain.

4. REWEL SAAT ADA IBU
Kerewelan justru terjadi saat ibu ada di rumah. Biasanya disebabkan anak meminta perhatian lebih. Maklum, ibu yang bekerja umumnya banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Keberadaan ibu membuat si batita menuntut macam-macam.

Apalagi, ibu bekerja biasanya menerapkan aturan lebih longgar dan minim memberikan punishment, juga selalu memanjakan anak. Nah, bagi anak, ini merupakan aji mumpung untuk melanggar aturan atau memaksakan kehendak.


Cara Mengatasi:

Bersikap tegas dan konsisten dalam menerapkan aturan adalah solusinya. Jika ibu menerapkan aturan tidak boleh menonton teve hingga larut malam, maka semua yang ada di rumah harus menerapkan aturan itu. Ini untuk mengajari si batita, mana yang benar dan mana pula yang salah.

Sikap tega dan tegas harus dikedepankan. Jika ibu dan pengasuh atau anggota keluarga lain di rumah berbeda pola asuh, anak cenderung memilih aturan yang dirasa paling enak. Namun jika ibu dan semua anggota keluarga konsisten, maka si batita tidak akan berulah di setiap akhir pekan, atau kala ibu ada di rumah. Disiplin dan rutinitas batita akan terbentuk dengan baik. Berikan sanksi mendidik jika perlu.

Selain itu, jangan sungkan memberikan penghargaan jika anak bisa melakukan rutinitas dengan baik. Penghargaan tidak melulu berbentuk hadiah, tapi juga berbagai bentuk lainnya seperti pelukan, ciuman, atau pujian. Dengan demikian, batita akan selalu mengulangi perilaku positif, sekaligus menjauhi sikap negatifnya.


5. REWEL SAAT ARISAN

Dalam kondisi tertentu, orangtua kadang terpaksa mengajak batitanya ikut serta arisan. Namun si batita tak bisa duduk manis selama acara berlangsung. Bahkan, tak sedikit anak berbicara sambil berteriak-teriak atau berlarian ke sana kemari. Banyak orangtua yang kesal dan langsung memarahi si batita.

Padahal, tindakan memarahi malah dapat memberikan dampak yang tak baik bagi si batita. Selain membuatnya jadi rewel, bukan tak mungkin anak menganggap acara arisan tidaklah menyenangkan. Ia pun kapok jika suatu saat orangtua mengajaknya serta.


Cara Mengatasi:

Sebetulnya, wajar saja bila si batita tak dapat duduk manis berlama-lama. Anak usia ini sedang mengembangkan kemampuan motoriknya. Makanya, dia tak bisa diam. Lagian, anak juga bukan orang dewasa mini yang bisa duduk lama dengan tenang. Acara arisan juga tidak menarik di mata anak. Yang dapat dilakukan adalah menyalurkan energi anak di luar ruangan.

Ajak anak bermain di luar ditemani pengasuhnya. Lakukan beberapa permainan yang menyenangkan. Jika kebetulan orangtua lain membawa serta anak, biarkan si kecil berbaur bersama mereka dengan didampingi pengasuhnya.


6. REWEL KALA DITINGGAL ORANGTUA

Sulit kan jika anak tidak mau ditinggal pergi? Walhasil, banyak aktivitas orangtua yang batal gara-gara anak. Di usia ini, anak sedang mengembangkan sikap kelekatan. Jika anak menganggap orangtua adalah sosok paling dekat, maka sulit baginya untuk berpisah, maunya menempel melulu. Anak merasa tidak aman jika diasuh oleh sosok lain.

Cara Mengatasi:

  • Berikan penjelasan. Jika ibu harus meninggalkan anak pergi berbelanja, katakan, "Mama mau pergi ke pasar. Tidak lama, kok, nanti Mama pulang dan bisa main lagi sama Adek." Cara itu akan membuat anak mengerti, orangtua pergi hanya untuk sementara waktu.
  • Hindarkan pergi secara sembunyi-sembunyi, bahkan berbohong. Itu bisa membuat anak semakin rewel, bahkan muncul ketidakpercayaan dalam dirinya.
  • Agar anak tak terlalu merasa kehilangan, biarkan dia terlibat dalam sebuah kegiatan yang mengasyikkan seperti corat-coret. Biasanya, anak akan larut dalam aktivitasnya dan tidak terlalu memedulikan kepergian orangtua.

7. REWEL SETIAP KALI DIAJAK PERGI

Banyak orangtua yang pusing sekaligus kesal saat mengajak anaknya pergi. Itu semua terjadi karena si batita masih sulit mengendalikan emosinya. Selain orangtua juga mesti mengetahui penyebab kerewelan anak, semisal mood-nya sedang buruk. Atau, siapa tahu orangtua terlalu heboh saat mengajak anak bepergian, umpama, memburu-burunya mandi dan berpakaian. Ketergesaan itu menyebabkan anak tidak nyaman, lalu mengekspresikannya dengan sikap rewel. Sebab lain, mencari perhatian orangtua.

Cara Mengatasi:

Atasi berdasarkan penyebabnya. Bila dikarenakan suasana hatinya kurang baik, bangkitkanlah mood-nya. Jelaskan, perjalanan dan tempat tujuan sangat menyenangkan. Beritahukan hal-hal menarik apa saja yang bisa ditemui anak di tempat tujuan, seperti melihat sawah milik kakek, kerbau, dan sebagainya. Demikian juga kala di perjalanan.

Jelaskan beberapa hal menarik yang bisa ditemui, misal, dengan menggunakan mobil sendiri, anak bisa melihat pemandangan. Jangan lupa, bawa serta mainan untuk di perjalanan. Atau, selama perjalanan orangtua bisa membuat aneka permainan menarik. Kalau memungkinkan, hindari mempersiapkan kepergian dengan terburu-buru, agar anak menganggap bepergian adalah hal yang menyenangkan.


8. REWEL SETIAP PAGI

Ada beberapa batita yang bersemangat setiap bangun pagi, di sisi lain banyak juga batita yang justru rewel. Menangis dengan berteriak, bahkan beberapa bersikap manja. Ini bisa disebabkan bermacam-macam hal. Boleh jadi sehari sebelumnya si batita mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan, hingga pengalaman itu masih membekas saat terbangun.

Jangan-jangan anak juga mendapat mimpi buruk. Atau, si kecil terlalu lelah atau sedang sakit, hingga dia mengekspresikan perasaan tidak nyamannya dengan sikap rewel. Rewel adalah tanda anak lelah, mengantuk, sakit, kecewa, sedih, dan lain-lain.


Cara Mengatasi:

  • Bangkitkan semangat anak di pagi hari. Peluklah erat-erat, lakukan dialog singkat dan hangat di pagi hari. Ajak juga anak untuk main sebentar di pagi hari. Memutar musik kesukaan atau film favorit bisa dipilih. Jadi, saat bangun jangan langsung disuruh mandi dan berganti pakaian. Dengan begitu, anak bisa melupakan ketidaknyamanan yang dirasakannya.
  • Orangtua jangan menyikapi kerewelan anak dengan sikap marah karena tak akan mampu meredam kerewelan, malah kerewelannya semakin menjadi. Bersikaplah tenang dan santai.
  • Bila ibu sudah tak kuat menghadapi kerewelan anak, minta ayah atau orang lain menangani si kecil. Menangani sikap anak dengan emosi justru membuat anak semakin tertekan. Bukan tak mungkin jika sikap rewel akhirnya menjadi rutinitasnya setiap pagi.
  • Ciptakan suasana menyenangkan di waktu malam menjelang tidur. Entah dengan mandi air hangat lebih dulu, lalu membacakan cerita, menyetel musik lembut, dan lain-lain. Dengan aneka ritual sebelum tidur, membuat suasana hati anak menjadi baik. Suasana hati yang baik itu pulalah yang akan dibawanya saat terbangun dari tidur.

9. REWEL SAAT NAIK KENDARAAN UMUM

Naik bis, angkutan kota, atau kereta api? Pasti banyak orangtua yang memiliki pengalaman tak menyenangkan dengan ulah si batita. Sepertinya angkutan umum bak "neraka" buat anak. Dia ingin cepat-cepat keluar dari dalamnya. Apalagi jika perjalanan harus memakan waktu berjam-jam, kerewelan anak pun semakin bertambah.

Semua itu terjadi karena anak merasa bosan berlama-lama di angkutan umum. Ketiadaan aktivitas sangatlah menjenuhkan bagi anak usia ini. Ia pun lalu mengungkapkannya dengan kerewelan. Apalagi jika angkutan umum itu tidak berpendingin udara, sempit, dan sesak.


Anak juga rewel karena merasa tidak nyaman bertemu dengan banyak orang yang tak dikenalnya. Selain itu, anak usia ini bukan tipe "pertapa" yang bisa duduk berlama-lama. Anak sedang dalam masa eksplorasi. Keinginannya adalah bergerak dan terus bergerak. Ini tidak hanya berlaku untuk anak laki-laki, tapi juga perempuan.

Cara Mengatasi:

Kerewelan anak bisa terjadi hanya saat pertama kali, tapi juga bisa setiap kali naik angkutan umum. Rewel saat pertama kali naik angkutan umum adalah wajar. Yang dapat dilakukan orangtua adalah membuat anak nyaman di angkutan umum. Dengan demikian, anak pun tidak rewel lagi.

Orangtua bisa mengajak anak mengobrol agar tak bosan. Jika mungkin, bisa juga diperdengarkan musik kesukaannya. Tentu dengan tak mengganggu penumpang lain. Ceritakan semua pemandangan yang ditemuinya saat di jalan. Ladeni semua pertanyaan anak dan puaskan rasa ingin tahunya.


Hal penting lainnya, bawa bekal makanan dan minuman yang cukup, di samping membawa beberapa mainan favorit anak. Pilih mainan yang sekiranya bisa dimainkan di angkutan umum.


Konsultan Ahli:
Dian Kun Prasasti, Psi.,
dari Klinik Aditya Medical Centre, Jakarta
 

wall-boa-2

wal-abpras-1