Apa Yang Anda Dapatkan

informasi tentang masa-masa kehamilan anda, perkemabangan janin dalam tubuh anda. tumbuh kembang buah hati anda hingga berusia 3 tahun. hal-hal apa saja yang perlu anda perhatikan bagi anak anda. 3 tahun pertama kehiupan mereka akan menjadi masa-masa kritis yang menentukan masa depan mereka kelak.

Saya, Elka Anastasia

adalah seorang ibu dengan 3 putra berusia balita semua, ingin berbagi tentang masa kehamilan dan mengasuh ketiga 'jagoan' kecil saya. baik pengalaman pribadi maupun referensi yang saya dapatkan dari masa tumbuh kebang para 'jagoanku' di 3 tahun pertama kehidupan mereka. Semoga bermanfaat...

ANEKA OBAT TRADISIONAL UNTUK ANAK

Berikut sejumlah obat dan bumbu dapur yang biasa digunakan sekaligus kegunaannya :

Bawang Merah
Untuk menurunkan demam, parut bawang merah secukupnya, balurkan di tubuh bayi/anak.
Untuk borok, 3 siung bawang merah dan 2 jari rimpang kunyit dicuci, diparut, lalu dicampur dengan 2 sendok minyak kelapa baru. Hangatkan diatas api kecil sambil diaduk. Setelah dingin, oleskan pada bagian tubuh yang sakit sebanyak 2 kali sehari.
Untuk masuk angin, 8 siung bawang merah, dicuci, tumbuk halus, campur dengan air kapur sirih secukupnya. Balurkan di punggung, leher, perut dan kaki.

Jahe
Untuk menghilangkan masuk angin, perut kembung dan kolik pada anak. Caranya, 1/4 sendok teh bubuk jahe kering dilarutkan dalam 1/2 cangkir air panas. Berikan 1-2 kali per hari sesuai umurnya.

Kunyit (kunir)
Untuk diare, 1/2 jari kunyit dan 3 lembar daun jambu biji muda segar dihaluskan, campur dengan 1/2 cangkir air, lalu diperas. Setelah disaring, diminumkan pada anak sekehendaknya.
Untuk kulit berjamur atau becak putih jamur/ruam popok karena pemakaian diapers, parut kunyit lalu oleskan.

Daun jambu Biji (jambu klutuk, jambu batu)
Untuk diare, 3 lembar daun jambu biji muda dan segar dicuci bersih, tumbuk halus, beri 1/2 cangkir air matang hangat, diperas dan diambil airnya. Beri garam secukupnya sebelum diminumkan pada anak. Air perasan diberikan pada anak sekehendaknya.

Belimbing wuluh (belimbing asam, belimbing buluk)
Biasanya digunakan untuk obat batuk anak. Caranya, kukus (dalam panci kecil tertutup selama beberapa jam) satu genggam (sekitar 11-12 gram) bunga belimbing wuluh segar, 5 butiradas, 1 sendok makan gula batu dan 1/2 gelas air. Saring dan minumkan 2-3 kali per hari dengan dosis sesuai usia anak.

Mengkudu (pace)
Untuk meringankan perut kembung pada bayi. Caranya, panaskan daun mengkudu diatas api beberapa saat, lalu olesi minyak kelapa segar / yang baru. Tempelkan pada perut anak sewaktu hangat. Bisa diulang beberapa kali.

Kemiri
Berkhasiat menyuburkan rambut bayi. Caranya, minyak kemiri dioleskan pada kepala bayi/anak sambil dipijat perlahan setiap malam. Pagi hari rambut disampo dan dibilas dengan air hangat hingga bersih. Minyak kemiri ini lebih baik yang sudah jadi.

Air Kelapa Muda
Dapat digunakan untuk obat muntaber karena air kelapa muda banyak mengandung mineral kalium, yang banyak keluar ketika anak muntaber. Dosisnya tak ada takarannya, sekendak anak.

Brotowali (Putrawali, andawali)
Untuk pemakaian luar bermanfaat menyembuhkan luka-luka dan gatal-gatal akibat kudis (scabies). Caranya, 2-3 jari batang brotowali dipotong kecil-kecil, rebus dengan 6 gelas air. Setelah mendidih, biarkan selama 1/2 jam. Saring air dan gunakan untuk mengobati luka serta gatal-gatal.

Jeruk Nipis
Untuk mencairkan dahak dan obat batuk anak. Caranya, campur 1 sdm air perasan jeruk nipis, 3 sdm madu murni, 5 sdm air matang, lalu ditim selama 30 menit. Takaran minum bayi antara usia 6-1 tahun : 2 kali 1/2 sdt ; anak 1-3 tahun : 2 kali 1 sdt; anak 4-5 tahun : 2 kali 1 1/2 sdt.
Cara lain, potong 1 buah jeruk nipis, peras airnya, taruh dalam gelas / cangkir. Tambahkan kecap manis, aduk. Takaran minum untuk anak, 3 kali 1 sdt per hari.

Kentang
Untuk obat bisul. Caranya, parut kentang dan peras. Oleskan sari air dan parutan kendtang segar dioleskan pada bisul 3-4 kali per hari Bisa pula untuk ruam kulit yang disebabkan biang keringat atau keringat buntet (miliaria), karena sifat kentang yang mendinginkan.

Banglai (bangle, panglai, manglai, pandhiyang)
Untuk menenangkan bayi dan anak yang sering rewel pada malam hari, balurkan parutan banglai segal di kening dan badan anak.

Minyak zaitun
Untuk mengobati kerak kepala atau ketombe pada bayi (craddle crap), sebanyak 1-2 kali per hari dioleskan pada kulit kepala.

Lidah buaya
Untuk mengobati luka bakar pada bayi dan anak. Caranya dengan mengoleskan daging daun lidah buaya pada seluruh permukaan kulit yang menderita luka bakar.

Daun pepaya.
Berkhasiat meningkatkan nafsu makan, menyembuhkan penyakit malaria, panas, beri-beri dan kejang perut. Caranya, daun pepaya muda ditumbuk, diperas, saring, lalu minum airnya.

Temulawak (koneng gede)
Untuk menambah nafsu makan. Caranya, 150 gram temulawan 50 gram kunyit segar dikupas, iris tipis, rendam dalam 500 cc madu kapuk dalam toples tertutup selama 2 minggu. Setelah 2 minggu ramuan siap untuk digunakan.
Aturan minum : 1 sendok makan madu temulawak dilarutkan dalam 1/2 cangkir air hangat, diminum pagi dan sore.

Kencur
Untuk meringankan batuk pada anak. Caranya, 5 gram kencur segar dicuci bersih, parut, lalu tambahkan 2 sdm air putih matang dan diaduk. Setelah disaring, tambahkan 1 sdm madu murni. Berikan 2-3 kali sehari.

Adas (fennel)
Teh adas dapat dipakai untuk meringankan bayi yang menderita kolik atau yang kesakitan akibat erupsi (keluarnya) gigi. Untuk obat masuk angin dan kolik, caranya 1sdt teh adas dilarutkan dengan 1 cangkir air mendidih, aduk hingga larut. Setelah agak dingin, larutan dapat diminumkan pada bayi/anak dengan takaran sesuai umurnya.

Prebiotik Atau Probiotik?

Saat ini banyak sekali ”istilah baru” yang bisa kita temui pada susu anak. Salah satu yang sedang populer saat ini adalah ”prebiotik” dan ”probiotik”. Mungkin sebagian dari Anda belum tahu apa bedanya kedua istilah tersebut.

Dr. Jacques G. Bindels, selaku R&D Director Infant Nutrition, dari Asia Pacific Royal Numico, Amsterdam, Belanda yang sempat diwawancarai oleh Infobunda mengungkapkan bahwa prebiotik maupun probiotik muncul karena adanya usaha dari dunia ilmu pengetahuan untuk membuat formulasi susu anak yang memiliki fungsi mendekati fungsi ASI sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh alami anak dan mengurangi terjadinya infeksi serta alergi.

Menurut Dr. Bindels, mengutip penelitian Fuller dan Gibson (1997), “probiotik adalah bakteri hidup yang ditambahkan pada makanan yang mempunyai efek menguntungkan dengan meningkatkan kesehatan flora usus. Faktanya adalah: ASI TIDAK MENGANDUNG PROBIOTIK. Sedangkan “prebiotik” adalah bahan makanan bersifat non-digestible (tidak dapat dicerna) yang memiliki efek menguntungkan dengan menstimulasi pertumbuhan bakteri yang sehat yang secara alami hidup di usus. Menurut Bindels, hasil studi-studi dan observasi ilmiah menemukan fakta bahwa: ASI MENGANDUNG OLIGOSAKARIDA YANG MEMPUNYAI EFEK PREBIOTIK.

Dr. Bindels melanjutkan bahwa dari studi-studi tersebut, dapat disimpulkan perbedaan mendasar antara prebiotik dan probiotik, seperti tercantum di tabel berikut:

Prebiotik

Probiotik

Adalah sumber energi alami untuk bakteri sehat yang ada di usus

Adalah strain tertentu dari bakteri sehat yang hidup atau dorman

Secara alami terdapat di ASI

Secara alami tidak terdapat pada ASI

Setelah dikonsumsi, flora usus mengandung lebih banyak bakteri sehat dibandingkan pemberian probiotik

Setelah dikonsumsi, flora usus mengandung lebih sedikit bakteri sehat dibandingkan pemberian prebiotik

Berpengaruh positif pada keseluruhan flora usus

Tidak berpengaruh pada keseluruhan flora usus

Konsep Alami Prebiotik

Dengan perbedaan di atas, maka pendekatan yang paling alami dalam meningkatkan daya tahan tubuh adalah dengan meniru fungsi prebiotik di dalam ASI. Oligosakarida di dalam ASI adalah faktor penting yang bertangung jawab untuk meperkuat sistem daya tahan tubuh bayi. Oligosakarida mampu memberi pengaruh antiinfeksi, karena di dalam saluran cerna berkompetisi dengann patogen (bakteri yang menyebabkan penyakit). Oligosakarida berfungsi sebagai prebiotik yang di dalam usus mendukung pertumbuhan bakteri baik terutama Lactobacilli dan Bifidobacteria.

Orang Dewasa Juga Perlu Imunisasi

Kata imunisasi umumnya membuat orang langsung teringat pada bayi dan balita. Tidak salah memang, karena sebagai orang tua dari bayi dan balita, tentu saja kita sering membawa anak-anak kita diimunisasi.

Namun, imunisasi tak hanya diperlukan oleh anak-anak saja. Orang dewasa pun perlu juga. Mengapa? Sebab, kekebalan tubuh atau immunity diperlukan oleh setiap orang. Kekebalan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk menangkal berbagai macam penyebab penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau kuman, dan perannya ditentukan oleh antibodi dan sel-sel darah putih jenis limfosit. Sementara, imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

Kita mengenal ada dua macam imunisasi, yaitu aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah imunisasi yang dilakukan dengan merangsang tubuh membentuk zat antibodi sendiri setelah dalam tubuh dimasukkan virus atau kuman yang sudah dimatikan atau dilemahkan. Sedangkan pada imunisasi pasif, zat yang dimasukkan dalam tubuh sudah dalam bentuk antibodi, jadi tubuh tidak membuat antibodi sendiri.

Ketika bayi atau kanak-kanak, kita sudah menerima beberapa jenis imunisasi. Imunisasi yang umum diterima oleh anak-anak di Indonesia adalah BCG (untuk TBC), DPT (Diphtery Pertussis Tetanus), campak, dan polio. Namun, ternyata ada beberapa jenis imunisasi yang harus diulang atau dilanjutkan ketika orang sudah beranjak dewasa, demikian menurut para ahli medis.

Selain orang dewasa, imunisasi pada orang lanjut usia imunisasi juga sangat penting, karena saat berusia lanjut, daya tahan tubuh manusia kembali melemah seperti ketika bayi dan anak-anak.

Sayangnya, untuk orang dewasa ini, pemerintah belum menetapkan pedoman imunisasi. Padahal, di negara semaju Amerika Serikat, yang setiap tahunnya ditemukan 50.000-70.000 orang meninggal dunia akibat Pneumokok (infeksi paru-paru), influenza dan hepatitis B, program imunisasi pada orang dewasa sudah merupakan kewajiban.

Imunisasi atau pemberian vaksin pada orang dewasa itu meliputi tetanus, meningitis meningokokus (Meningokok), tifoid, campak, parotitis (dikenal juga dengan istilah gondongan), rubella atau campak jerman, yellow fever, hepatitis B, Japanese B encephalitis, rabies, dan influenza. Untuk manfaat-manfaat imunisasi itu, silakan mengklik artikel selanjutnya.

Makanan Pengganggu Dalam Asi

Ketika menyusui, pengaturan menu makan seorang ibu sangat penting, sama pentingnya dengan perawatan bayi. Selain gizi seimbang plus air putih, menu makan ibu menyusui sebaiknya juga memerhatikan beberapa zat makanan yang disinyalir dapat mengganggu produksi maupun kualitas ASI. Makanan-makanan pengganggu ini dapat masuk ke ASI dan mengganggu bayi, dua jam setelah Anda mengonsumsinya. Demikian yang ditegaskan Dr. William Sears dalam The Baby Book.

Tanda-tanda bahwa makanan tersebut adalah pengganggu ASI dapat dilihat pada bayi. Misalnya, bayi menjadi rewel, sakit perut, tingkah laku gelisah, atau apa yang disebut sebagai kolik 24 jam – yaitu rasa sakit yang terjadi, maksimum 24 jam, setelah ibu mengonsumsi makanan yang dicurigai, tapi hal itu tidak terjadi lagi sampai ibu mengkonsumsi lagi makanan yang sama.


Beberapa makanan yang dicurigai dapat mengganggu ASI adalah:

  1. Produk olahan-berbahan-susu. Kandungan protein alergenik pada produk-produk olahan-berbahan-susu dapat masuk ke ASI dan menghasilkan gejala-gejala sakit perut pada bayi. Makanan itu antara lain adalah susu, yoghurt, dan keju.
  2. Makanan yang mengandung kafein. Minuman ringan, cokelat, kopi, teh, dan minuman pengurang rasa dingin, semuanya mengandung kafein. Meskipun sebagian bayi lebih peka terhadap kafein dibanding bayi lainnya, biasanya ibu harus mengonsumsi produk ini dalam jumlah besar terlebih dulu untuk dapat memberi efek mengganggu pada bayinya.
  3. Biji-bijian dan kacang-kacangan. Yang paling alergenik dari jenis ini adalah gandum, jagung, dan kacang tanah.
  4. Makanan pedas. Air susu ibu akan terasa berbeda setelah Anda mengonsumsi makanan pedas dan mengandung bawang putih. Salad, pizza, dan minuman keras juga dapat menimbulkan protes dari lambung bayi, sehingga ia menolak minum ASI atau menjadi sakit perut.
  5. Makanan yang mengandung gas. Brokoli, bawang putih, tauge, cabai hijau, kembang kol, kubis, dapat mengganggu bayi, tetapi tidak terlalu mengganggu bila sudah dimasak. Memang cukup sulit untuk menjelaskan secara ilmiah bagaimana makanan tersebut dapat mengganggu bayi, namun pengalaman para ibu menyusui menyebutkan bahwa makanan yang banyak mengandung gas membuat bayi banyak mengeluarkan gas pula.

Selain jenis makanan yang mengganggu ASI, ibu menyusui sebaiknya juga memerhatikan aturan lain dalam menyantap makanan. Aturan itu adalah jangan berlebihan dalam mengonsumsi suatu makanan. Ada bayi yang bisa terganggu setelah ibunya makan makanan tersebut dalam jumlah yang banyak, misalnya bila ibu terlalu banyak makan makanan olahan dari gandum dan makanan-makanan masam. Namun, dalam jumlah kecil makanan ini masih bisa ditoleransi pencernaan bayi.

Imunisasi IPD, Apa Manfaatnya?

Imunisasi IPD, Apa Manfaatnya?

Written by IKA ASRIYANI
Thursday, 05 July 2007

IPD (Invasive Pneumoccocal Disease), merupakan sekelompok penyakit ganas yang disebabkan kuman Streptococcus pneumoniae (pneumokokus). “Dari 90 tipe kuman pneumokokus, ada 10 tipe yang ganas dan menyerang anak-anak,” kata Dr. Alan Roland Tumbelaka, Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dalam acara media edukasi bertema Cegah Penyakit Pneumokokus, Pembunuh Utama Bayi dan Balita yang
diadakan bulan Februari 2007 lalu.

Penyakit apa saja yang disebabkannya?
  • Kuman pneumokokus menyerang organ-organ vital di dalam tubuh, seperti:
  • Dalam otak, sehingga menyebabkan radang selaput otak (meningitis).
  • Paru-paru, sehingga menyebabkan radang paru (pneumonia).
  • Aliran darah, sehingga menyebabkan infeksi darah (sepsis) dan kegagalan seluruh organ tubuh.
  • Telinga bagian tengah sehingga menyebabkan radang telinga bagian tengah (otitis media akut).

Apa Bedanya Dengan HiB?

Mengingat HiB juga menyebabkan meningitis dan pneumonia, lalu apa beda IPD dan HiB? “Yang beda adalah kumannya,” kata Dr. Alan. “Hib disebabkan oleh kuman Haemophilus Influensa B - yang mana tidak ada hubungannya sama sekali dengan flu - sementara IPD disebabkan oleh kuman pneumokokus.

Jadi meski si kecil Anda sudah mendapatkan imunisasi Hib, risiko terkena meningitis dan radang
paru masih bisa terjadi bila ia belum mendapatkan vaksin IPD. Meningitis yang disebabkan pneumokokus, lebih ‘jahat’ daripada yang disebabkan oleh Hib.”

Apa Gejalanya?

Meningitis pada bayi, gejalanya: Demam, rewel/gelisah, susah makan, terus-menerus menangis,
lemah, intensitas interaksi berkurang. Pada balita, gejalanya: Demam, kejang tengkuk, sakit kepala, mual, bingung/disorientasi.

Pneumonia, tidak terlihat tandanya pada bayi. Pada balita, mungkin tidak tampak gejala gangguan pada pernapasan. Dalam banyak kasus, hanya muncul dalam bentuk demam atau napas yang cepat. Gejala dapat termasuk batuk, lelah/tidak enak badan, demam, sakit di dada, menggigil, sesak napas, sakit di perut dengan atau tanpa muntah.

Sepsis, bisa diketahui jika kulit anak Anda terasa dingin, lembap, nadi berdetak lemah, kecepatan
denyut jantung tidak normal, pernapasan sangat cepat, hipotensi, oliguria, perubahan status mental.

Bacteremia, gejalanya sangat bervariasi, termasuk: Menggigil, panas, rewel, kemerahan pada kulit dan bintik merah, kulit terasa panas atau seperti terbakar.

Bagaimana cara kuman ini menyebar?

Kuman ini dapat berpindah secara mudah melalui udara dan percikan ludah, terutama di kondisi
keramaian seperti hunian yang padat dan tempat penitipan anak (TPA) atau playgroup. Saat pergantian cuaca dan musim hujan kuman ini juga menyebar dengan cepat. Kuman yang sudah masuk ke dalam darah akan membuat kondisi semakin berbahaya.

Apakah imunisasi IPD aman bagi bayi dan anak-anak?

Vaksin anti kuman Streptococcus pneumoniae disebut Pneumococcal 7 valent conjugated vaccine (PCV7), yang memberikan solusi dalam pencegahan penyakit akibat kuman pneumokokus. Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membentuk zat anti (antibodi) yang berfungsi mengenali dan sekaligus membunuh kuman pneumokokus.

Pada studi klinis, reaksi umum dari imunisasi IPD yang paling banyak dilaporkan adalah demam ringan (>38 derajat Celcius), rewel, mengantuk (drowsiness), tidak bisa tidur, berkurangnya nafsu
makan, muntah, diare dan kemerahan (rash) pada kulit. Reaksi ini umum ditimbulkan oleh semua jenis vaksin. Dokter sangat menganjurkan agar setelah melakukan imunisasi (apapun), Anda tidak langsung pulang dan menunggu 15 menit untuk mengetahui apakah ada reaksi vaksin.

Berapa kali imunisasi dIberikan?

Jadwal pemberian vaksin IPD dilakukan 4 kali: Pada usia 2, 4, 6 bulan dan antara usia 12-15 bulan dengan kondisi yang telah dikonsultasikan dengan dokter anak. Jika Anda terlambat melakukan imunisasi, Anda tak perlu mengulangnya dari awal dan bisa langsung melanjutkannya.

Seperti kata
pepatah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Perlukah Balita Diberi Imunisasi Varisela?

Berbagai jenis imunisasi telah dikenal dan diwajibkan di Indonesia. Namun, ada juga jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan di suatu negara, namun hanya dianjurkan di negara lainnya. Salah satu jenis imunisasi yang termasuk kategori ini adalah imunisasi varisela.

Imunisasi varisela adalah imunisasi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus varisela. Cacar air (chicken pox), diwajibkan oleh America Academy of Pediatric untuk diberikan kepada balita yang berusia di atas 1 tahun. Sementara itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia hanya menganjurkan pemberian vaksin tersebut.

Walaupun jarang, vaksin ini dapat berakibat komplikasi berat seperti radang otak atau infeksi kulit yang menyeluruh dan bersifat berat. Menurut Dr. William Sears, setelah imunisasi, anak juga mungkin mengalami gejala seperti flu selama beberapa hari. Kondisi ini dapat terjadi dengan segera atau mungkin memerlukan waktu selama beberapa minggu untuk muncul.

Penyakit cacar air sendiri berbeda dengan cacar yang menyebabkan parut yang berbekas seumur hidup. Maka itu, kita beruntung karena program vaksinasi cacar telah berhasil membasmi virus itu dari muka bumi, sehingga sejak tahun 1974 tidak diperlukan lagi vaksinasi cacar. Penyakit cacar air biasanya bersifat ringan dan sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu 1-2 minggu.

Kendati tidak diwajibkan, bagi Anda yang ingin memberikan vaksinasi varisela ini kepada anak Anda, lakukanlah setelah bayi berusia di atas 1 tahun. Sebab bagaimana pun, pencegahan tetap lebih baik daripada pengobatan.

 

wall-boa-2

wal-abpras-1